Berawal dikisahkan dari sebuah pondok pesantren yang terletak di
sebuah kawasan Cianjur terdapat seorang santri yang konon sangat kurang pandai
dalam hal keilmuan keagamaan tetapi cerdas dalam melakukan suatu kreatifitas
dan menghasilkan suatu karya. Seorang santri tersebut memang selalu
menghasilkan suatu karya yang sangat hebat dan membuat bangga oleh para
teman-teman yang disekitarnya. Sebut saja namanya Adalah Fahri. Banyak diantara
kalangan para santri yang sangat mengaguminya dan juga sangat memujinya. Salah
seorang santri berkata kepada Fahri “Fahri, kamu itu kok pandai dalam berkarya
tetapi kenapa kamu setiap di dalam pelajaran ilmu-ilmu agama kamu tidak pernah
bisa? Apa yang membuat engkau menjadi seperti itu yang membuat saya pribadi
menjadi temanmu bingung dan juga anak-anak yang lain juga. Apa kamu kurang
mengkaji dan meurojaah kembali setiap keterangan yang di sampaikan oleh pak
ustadz?” fahri pun terdiam dan setelah itu menjawab “bukannya saya ngga pernah
memurojaah semua keterangan yang telah pak ustadz sampaikan. Sebenarnya saya
juga bisa menjawab semua pertanyaan dan juga menambahkan keterangan pak ustadz
tersebut. Hanya saja ketika saya melihat wajah pak ustadz saya selalu teringat
kepada anak beliau yang sangat manis, cantik, dan juga pintar. Yang sehingga
aku selalu tidak terkonsentrasi dalam menghadapi pelajaran-pelajaran yang pak
ustadz sampaikan.” Lalu temannya pun menjawab “hmm kamu ini ngayal terus gimana
mau mendapatkan anaknya pak ustadz itu yang memang dia telah menjadi
pasangannya seorang santri senior yang sangat pintar sekali”.
Mendengar sebuah perkataan tersebut hati fahri pun menjadi sedih
bahwa seorang perempuan yang telah ia cintai telah menjadi milik orang lain.
Karena ia baru terfikir apakah dia akan mendapatkan anaknya pak ustadz tersebut
yang benar-benar cantik dan juga pintar dalam mengkaji semua pelajaran dari
ustadz2nya dan guru-gurunya? Akhirnya dia mengkoreksi diri bahwa dirinya tidak
mungkin mendapatkan anak seorang ustadz yang biasa mengajarkan kitab-kitab
kepadanya. Anak pak ustadz tersebut bernama Azizah. Azizah merupakan anak dari
Ustadz Mujib yang sangat anggun dan sangat pintar sekali dan juga sering
mendapatkan kejuaraan2 didalam lingkungan pesantrennya maupun tingkat
kabupaten. Masih sedikit terdengar ditelinga para santri dan santriwati bahwa
Azizah menjalani hubungan kepada santri yang sudah lama mesantren dipesatren
tersebut. Nama santri tersebut adalah Aldi. Aldi memang sangat suka dan menaruh
hati kepada Azizah karena Aldi memang berangan-angan ingin menjadikan Azizah
sebagai pendampingnya untuk selamanya sampai maut yang memisahkannya. Tetapi
kabar tersebut masih sebagai isu yang hanya membuat Azizah tidak merasakan
kenyamanan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Azizah berkata kepada
sahabatnya Sari “Sari kenapa sih kok banyak kabar yang beredar bahwa aku
disangkanya berhubungan dengan Aldi padahal kan kamu tau sendiri aku itu tidak
boleh berpacaran sebelum abah mendapatkan jodoh untukku”. Maka sari pun
menjawab “iya mungkin karena Aldi itu yang memang benar-benar cinta sama kamu
deh Azizah kan dia juga pernah mengirimkan surat ke kamu trus eh ketahuan deh
sama anak2 yang lain tetapi hanya orang-orang tertentu yang mengetahui kejadian
tersebut”. “Alkhamdulillah untungnya aku ngga ketahuan sama Abah, coba kalo
misalkan ketahuan sama abah aku langsung dilarikan sama Abah ke pesantren Pak
De ku yang di jawa tengah.” Tukas Azizah. Maka azizah tidak pernah menanggapi
serius obrolan-obrolan hangat yang menimpa kepada dirinya dan juga orang yang
berada disekitarnya.
Aldi memang sudah sangat lama sekali mencintai Azizah tetapi ia
selalu mengutarakannya kepada Azizah tetapi Aldi sangat bersi kukuh bahwa
bagaimanapun juga Azizah harus bisa menjadi paacarnya dan juga menjadikannya
sebagai pendampingnya tetapi Azizah tidak pernah menjawab sebuah perasaan Aldi
tersebut. Aldi juga berkata “bagaimanapun juga Azizah harus bisa menjadi
pendampingku karena aku sangat cinta sekali kepadanya”. Ternyata kata-katanya
tersebut dan juga terdengar oleh teman sekamarnya “bagaimana kamu bisa
mendapatkan Azizah sedangkan kamu sendiri mempunyai sifat yang angkuh dan keras
kepala sedangkan dia mempunyai sifat yang sangat lembut?”. Mendengar kata-kata
tersebut Aldi langsung marah dan juga berkata secara tegas kepada temannya
“liat aja nanti saya akan bisa mendapatkan Azizah”. Melihat perkataannya
tersebut temannya langsung diam karena jika dibalas kembali maka amarahnya akan
semakin membludak dan susah untuk dihentikan.
Suatu hari Azizah dipanggil oleh abahnya dan beliau pun
membicarakan serius terhadap Azizah “Nak Kamu sekarang akan abah jodohkan insya
Allah kamu akan berumah tangga dengan dia dan mendampingi De Azizah menjadi
keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Kamu mau kan menuruti permintaan
abah?” setelah mendengar perkataan tersebut Azizah terkejut dan ternyata benar
Abah akan menjodohkannya dengan orang yang benar-benar Azizah belum tahu siapa
pemuda tersebut yang akan menjadi jodohnya. Setelah itu Azizah pun menjawab
“Jika itu memang terbaik untuk Azizah dan juga untuk masa depan Azizah maka
Azizah siap untuk dijodohkan dengan pemuda yang Allah berikan lewat Abah, Insya
Allah”. “Abah jika Azizah ingin tahu siapa pemuda yang abah jodohkan dengan
Azizah?” Azizah bertanya kepada Abahnya. Abahnya pun menjawab “Azizah nanti
akan abah jodohkan dengan Fahri, dia sangat cerdas sebenarnya dan juga dia
sangat berkreatifitas dan juga sangat tanggung jawab. Insya Allah pilihan Abah
untuk Azizah tidak salah.”
Mendengar perkataan tersebut Azizah akhirnya senang dan menerima
dengan sepenuh hati bahwa pemuda yang dijodohkan oleh abahnya adalah
benar-benar yang selama ini Azizah cintai yang sejak dimulai Fahri pertama kali
dipesantrennya sejak kelas 1 Tsanawi. Mendengar kabar tersebut yang hampir
seluruh santri dan juga sampai ditelingan Fahri merasa tidak percaya dan tidak
menduga bahwa perempuan yang benar-benar ia cintai dan cintanya hampir pupus
ternyata dijodohkan oleh Abahnya dan pemuda yang dijodohkan oleh Abahnya itu
adalah dirinya. Fahri langsung melakukan sujud syukur karena sungguh rahasia
Allah memang benar-benar diluar dugaan. Sedangkan Aldi yang benar-benar
mencintai Azizah langsung merasa jengkel dan marah-marah tidak jelas karena
gadis yang cintai adalah telah dijodohkan oleh orang lain. Sehingga dengan
kabar seperti itu Aldi membuat sering sakit, dan juga merasa sakit hati bahwa
cintanya selama ini terhadap Azizah hanya sebelah tangan. Hingga suatu hari
Aldi merasa tidak betah dan akhirnya pindah pesantren ke daerah Jawa Tengah
untuk tidak memikirkan hal-hal yang membuat dirinya sakit.
Setelah lama menjalani ta’aruf dan masa khitbah akhirnya Azizah dan Fahri pun menikah dengan suasana yang sangat meriah dan juga dihadiri oleh para warga, para kyai sepuh, para santri dan juga kedua orang tuanya. Fahri sendiri pun belum percaya bahwa dirinya bisa menyunting anak dari pak ustadz yang biasa mengisi pengajian dikelasnya dan kini anaknya beliau dipercayakan kepada saya untuk bisa menjalin kasih dan menjaganya serta menjadi keluarga yang mawaddah, warahmah dan serta menghasilkan keluarga yang sakinah dunia dan akhirat.
Setelah lama menjalani ta’aruf dan masa khitbah akhirnya Azizah dan Fahri pun menikah dengan suasana yang sangat meriah dan juga dihadiri oleh para warga, para kyai sepuh, para santri dan juga kedua orang tuanya. Fahri sendiri pun belum percaya bahwa dirinya bisa menyunting anak dari pak ustadz yang biasa mengisi pengajian dikelasnya dan kini anaknya beliau dipercayakan kepada saya untuk bisa menjalin kasih dan menjaganya serta menjadi keluarga yang mawaddah, warahmah dan serta menghasilkan keluarga yang sakinah dunia dan akhirat.
0 komentar:
Posting Komentar